I LOVE SOMEONE BUT IS NOT YOU
Suatu hari di
sebuah sekolah ternama di daerah Bandung. Suara riuh ramai para siswa yang
senang menerima hasil laporan belajar mereka di sekolah selama setahun ini. Yaa…
walaupun ada sebagian yang merasa kecewa dengan hasil raport mereka. Asal
kalian tahu, hasil itu juga menentukan ke jurusan manakah kalian bakal berada.
Jadi sebelumnya para siswa pada dag dig dug menanti hasil rapor mereka. Sama
seperti halnya Rara seorang gadis cantik yang pendiam dari luar ia terlihat
sangat feminim tapi di dalam diri seorang Rara terselip jiwa yang tangguh dan
penuh semangat. Pada hari itu Rara sangat khawatir dengan hasil rapor milikya,
ia takut orang tuanya akan kecewa melihat hasilnya tersebut. Alhamdulila
akhirnya kabar baik telah di dengar Rara berhasil mendapat nilai yang bagus dan
namanya terdaftar dalam daftar nama siswa
science. Ia sangat gembira melihat dan mendengar kabar itu. Tentunya setiap
siswa pasti sangat menginginkan hal tersebut.
***
Selamat datang suasana baru, kelas baru, teman
baru, semua serba baru. Semester baru telah dimulai dan di sinilah Rara mulai mengerti mengapa banyak
orang sering mengatakan bahwa saat-saat terindah dan kenang manis banyak
tercipta pada saat masa SMA. Yaa… tentunya apalagi kalau bukan kisah cinta,
Rara pun seperti itu ia mulai mengenal perasaan itu saat ia bertemu dengan
seorang cowok yang bernama Dika, ia adalah ketua salah satu ekskul basket di
sekolah tersebut. Dika begitu memukau Rara dengan karismanya yang mempesona dan
sikap dingin Dika yang membuat Rara semakin penasaran dengan sosok pribadi
Dika. Setiap sore sepulang sekolah Rara sering memperhatikan Dika yang sering
main basket, dia sangat berharap dia bisa berkenalan dan ngobrol ringan dengan
Dika. Disisi lain Rara juga berteman dengan seorang cowok yang begitu baik
dengannya, Didit namanya. Rara dan Didit di pertemukan di sebuah LBB, Rara
merasa nyaman dan senang memiliki teman seperti Didit. Didit seorang yang
dewasa, sabar, baik dan tentunya dia juga cukup pintar, ia juga berada satu
kelas dengan Rara. Jadi pastinya mereka sering berinterasi satu sama lain, Rara
pernah berharap jika Dika itu Didit pasti masa SMAnya lebih indah dari saat
ini.
***
Tanpa
ada yang mengira Rara dan Didit semakin hari, semakin dekat teman-teman di kelas
pun sering meledeki mereka. Rara sempat sedikit menjaga jarak dengan Didit. Ia
takut Didit akan salah paham dengan hal tersebut karena ia tidak mengiginkan
pertemanan mereka hancur hanya karena ledekan yang sering di lontarkan
teman-teman di kelas. Tanpa ia sadari, Didit juga merasa jika Rara sangat
begitu menjauh darinya. Sampai suatu saat Didit tanya pada Rara, “Ra kenapa
kamu akhir-akhir ini menjauh dariku?” tanyanya. Deg…. Rara gugup menjawab
pertanyaan dari Didit,” aduh……. Apa yang harus aku jawab” batinya dalam hati. “ehmmm… gak kenapa-kenapa
kok, jujurnya Dit aku cuma gak mau kamu salah faham dengan yang dikatakan
teman-teman kita satu kelas, jadi aku mengambil tindakan seperti ini”.
jawabnya.
***
Di
saat percakapan tersebut Didit sudah tidak kuat lagi menahan perasaannya untuk
Rara yang ia simpan selama ini. “Ra…. Aku boleh ngomong sesuatu yang penting
sama kamu?” tanya Didit. Dengan polosnya Rara menjawab “boleh mau tanya apa??”.
Sambungnya kemudian “ jujur selama ini aku menyimpan rasa suka sama kamu, aku
udah suka sama kamu sejak kita dipertemukan di kelas IA-1 ini, trus kita juga
satu LBB jadi setiap hari aku makin suka dan sayang sama kamu?” semuanya sudah
di ungkapkan Didit pada Rara. “tunggu.. sejak pertama kali kita bertemu jadi
kamu selama ini baik padaku itu karena kamu suka sama aku, aku udah nyaman
banget dengan pertemanan kita selama ini”. jawab Rara yang sedikit kecewa
mendengar penyataan Didit. “terus gimana aku sayang sama kamu, kamu mau gak
jadi pacarku? Pliss..” tanya Didit. Deg,, Rara menciut takut apa yang harus ia
lakukan di saat seperti ini, ia ingin keluar dari situasi yang menyudutkannya,
binggung, ragu, dan sedih mendengar sahabatnya sangat menginginkan menjalin
hubungan dengannya. Sampai akhirnya ia hanya menyanggupi permintaan Didit dan
ia akan menjawab pertanyaan besok di sekolah, Rara butuh sedikit waktu untuk
memikirkan keputusan yang akan dia ambil.
***
Keesokan
harinya, Didit menyapa Rara “ Pagi Rara… gimana tidurnya nyenyak?”. Rara pun
menjawab “pastilah..” di dalam hati ia sempat berfikir sikap yang bagaimanakah,
yang harus ia tunjukan pada Didit setelah penyataannya itu. Seperti biasanya
sekolah berjalan dengan lancar dan berjalan seperti biasanya, sampai akhirnya
saat pulang sekolah Didit menagih janji pada Rara. Satu pesan singkat masuk di
Hp Rara, “Ra,, ntar pulang sekolah aku tunggu di taman belakang sekolah, datang
ya..?” isi pesan tersebut. Aduh.. gimana ini jawaban apa yang harus aku berikan
pada Didit. Karena Rara sudah tidak kuat memendam itu semua, Rara curhat pada
sahabatnya Ira. “ aku harus ngapain, apa yang harus aku lakukan, jawaban apa
yang harus aku berikan “. Ia curahkan semua pada temannya itu. Ira memberi
pendapat atas masalah yang di alami sahabatnya itu. “ jawaban dari masalahmu
itu tergantung pada jawaban dari hatimu jadi lebih baik tanya pada hatimu
sebelum kamu memberi jawabanmu padanya”. Rara hanya termenung dan bertanya pada
hatinya apakah jawaban yang ia inginkan. Di saat hati di landa kegalauan yang
luar biasa dia masih memiliki banyak teman yang selalu menghiburnya. Tertawa
adalah satu cara untuk menghilangkan sedikit masalahnya.
***
Di
saat pulang sekolah Rara tidak melupakan janjinya, di sisi lain ia juga sudah
memiliki jawaban yang tetap untuknya dan Didit. Ketika ia berjalan menuju ke
taman belakang sekolah, ia melewati lapangan basket disana ada Dika yang sedang
bermain basket. Dari kejauhan Rara memperhatikan gerak-gerik Dika dan kening
Dika yang banyak di basahi keringat. Rara terdiam tanpa berkedip, tiba-tiba
BLUKKK…… bola tersebut mengenai pundak Rara dan ia berteriak kesakitan. “maaf…
maaf… nggak aku nggak sengaja”, kata
Dika saat menghampiri Rara. “ehmmm… iya gak pa-pa aku juga kok yang salah aku
seharusnya gak berdiri di sini”, sambungnya. Di saat yang bersamaan Didit telah
menunggu Rara gelisah tak tentu, ia khawatir dengan jawaban yang akan diberikan
Rara. Tak lama kemudian Rara muncul dan hati mereka berdua dag dig dug tak
karuan. Rara pun memulai percakapan “ eh maaf ya aku datang ya agak telat, oh
ya aku cuma penggen nyampaiin aja maaf Dit aku nggak bisa sama kamu, aku lebih
senang kita berteman seperti biasa, aku sudah anggap kamu seperti teman atau
sahabat yang baik”. Deg.. hati didit kecewa mendengar jawaban dari Rara, tapi
mau bagaimana lagi itu adalah jawaban yang terbaik untuk mereka berdua.
***
Beberapa
hari setelah hari tersebut Rara sedikit merasa canggung saat ia bertemu dengan
Didit. Dia sedikit binggung bagaimanakah seharusnya ia bersikap pada Didit,
apakah ia harus menyapanya dan bersikap ramah kepadanya ketika Rara sudah
menyakiti perasaan Didit. Oh tuhan apa yang harus aku lakukan ia begitu baik
padaku tapi mengapa aku sangat jahat padanya. Dia tidak pernah menyakitiku tapi
mengapa aku tega menyakiti hatinya, sesaat ia termenung di bangkunya. Sampai
akhirnya teman kelasnya mengejutkannya, “ Ra kenapa kamu bengong seperti itu?
Ntar kesabet banci perempatan loh….” Ledek salah satu teman kelasnya. “ gak
papa kok Cuma sedikit berfikir aja”. Jawab Rara. Seperti biasanya sebelum
mendudukin kursinya ia selalu membersihkan bangkunya, saat ia membersihkan
tiba-tiba ia menemukan sepucuk surat dan setangkai bunga mawar dilaci mejanya.
Perlahan ia membaca surat itu isinya seperti ini “ disaat terik matahari yang
panas kau datang meyejukkan mata ini, aku terpesona oleh pandangan pertama
mungkin itu tidak rasional jika dipikir kita memang tidak pernah kenal satu
sama lain tapi aku yakin dengan ini semua aku sangat ingin mengenalmu lebih
jauh karena aku memang benar-benar penasaran dengan kehidupanmu, Rara itukah
namamu, nama yang indah seindah pemilik namanya, mawar pertamu untukmu begitu
indah seindah wajahmu, Salam D.W. Rara sedikit terenyuh membaca surat itu, ia
penasaran siapa pengirim surat itu.
***
Hari
berikutnya saat ia pergi ke sekolah, di bawah mejanya ada setangkai bunga mawar
tertulis pada tangkainya selamat pagi J D.W.
hatinya pun berkembang merekah gembira setelah menerima setangkai bunga mawar merah
dari secret admirer. Rara dengan tak sabar menceritakan semua tentang pengaum
rahasianya pada sahabatnya. Hari-hari berlalu setiap harinya Rara selalu
mendapat setangkai bunga mawar merah sampai pada akhirnya si penggemar
rahasianya mengajak ketemuan Rara di lapangan basket. Hari itu datang juga ia
berangkat kesekolah dengan hati yang gembira dan ia sudah datang ke lapangan
basket ia tidak menemukan siapa pun di lapangan itu hanya ada dua buah ring
basket yang tetap berdiri tegak. Ia melihat sekeliling lapangan basket itu dan
kemudian ia melihat anak panah yang menunjuk suatu arah. Rara pun mengikuti
arah anak panah itu hingga berujung di suatu ruang kesenian yang terlihat
kosong dan tak terurus kemudian ia mencoba memberanikan diri masuk ke dalam
ruang itu dari dalam terdengar alunan tuts piano yang mengalun merdu. Rara
semakin mendekati sumber suara tersebut. Ia kemudian terpaku melihat orang yang
memainkan piano dan ternyata seseorang itu adalah Dika. Andika Wijaya, cowok
yang selama ini sangat ia kagum-kagumi. Dika mengetahui kedatanganku. Ia lalu
tersenyum sambil terus memainkan lagu. ehmmm…. Dag dig dug suara detak jantung
Rara semakin tidak menentu. Dika memberi isyarat pada Rara untuk duduk di
sampingnya.
***
Kemudian
mereka berdua terdiam beberapa saat. Dika pun memulai percakapan “maaf ya… aku
sebelumnya gak pernah ngasih tahu kamu tentang D.W itu, maaf juga selama ini
aku nganggu kau, buat penasaran kamu, terus maasih udah mau datang kesini”.
Rara hanya tersenyum mendengar penjelasan dari Dika. Di dalam hati Rara hanya
tidak penah mengira semua peristiwa itu terjadi di hidupnya. “ eh ya Ra.. aku
mau tanya mungkin ini memang aneh dan di luar nalar tapi ini benar-benar
terjadi AKU SUKA SAMA KAMU RA..?? MAUKAH KAMU JADI PACARKU??”. Sambung Dika.
Cinta memang aneh datang secara tiba-tiba tanpa tahu kapan akan datang sama
seperti Rara ia tidak pernah berfikir Dika akan suka padanya hanya karena
pertemuan singkatnya. Kesediahan Rara pun silih berganti kegembiranaan saat ia
bersama Dika. Hari-hari berikutnya kebahagiaan datang di kehidupan Rara,
sahabat-sahabat Rara pun senang melihat perubahan itu. Tiba-tiba suatu hari
saat Rara dan Dika makan di sebuah restaurant favorit Rara ia bertemu Didit
sedang makan dengan seorang cewek, ia pun menghampiri dan menyapa mereka.
Terlihat wajah bahagia di wajah Didit, cewek itu adalah cewek baru Didit.
Akhirnya mereka berempat makan bersama dan bergurau bersama-sama, melepas semua
problem-problem yang selama ini mereka hadapi.
***
Oke
readersss…. Satu pesan buat kalian kebahagiaan yang kita inginkan belum tentu
akan menjadi kenyataan tapi yakinlah tuhan itu pasti punya kebahagiannya yang
lebih dari yang kalian inginkan. Buat kalian yang sekarang ini di pihak yang
sama dengan tokoh Rara, yang harus kalian lakukan adalah tetap jujur pada diri
sendiri karena jujur adalah jalan terbaik menyelesaikan masalah sebelum timbul
masalah yang lain dan jangan pernah putus asa menanti orang yang kalian suka,
tetap berjauang ya?? Dan buat kalian yang ada di pihak Didit kalian harus tetap
sabar menerimah keputusan-keputusan yang sudah di gariskan tuhan karena tuhan
itu maha adil kok, jika gagal satu kali tuhan akan membalas 1000 kali
keberhasilan untukmu, dan ingat satu hal RENCANA TUHAN ITU INDAH!!. J
writted By: Mas Amaliyah